WANITA LAIN ~ aRek WONOSALAM
arek WONOSALAM

Rabu, 06 Juli 2011

WANITA LAIN


SeteLah menikah seLama dua puluh satu tahun akhirnya kutemukan cara untuk menjaga agar cahaya cinta tetap bersinar. Beberapa waktu yang LaLu, aku keLuar bersama wanita yang Lain dari biasanya. Gagasan itu justru dari istriku sendiri.

Aku yakin kau akan mencintainya,” kata istriku.
Tapi aku mencintaimu,” protesku.
Aku tahu itu, tapi kau juga akan mencintainya.
Sebenarnya wanita yang dimaksud istriku tidak Lain adalah ibuku sendiri yang teLah menjanda seLama 19 tahun, karena tuntutan pekerjaan dan tiga anakkuLah membuatku jarang mengunjunginya. Akhirnya, maLam itu aku meneLepon untuk mengajaknya kencan makan maLam dan nonton bioskop.
Ada apa? Kau baik-baik saja, kan?” ibuku balik bertanya. Ibuku termasuk tipe orang yang beranggapan bahwa teLepon di Larut maLam dan undangan mendadak adaLah pertanda berita buruk. “Kupikir akan sangat menyenangkan meLewatkan waktu bersamamu Bu’…” jeLasku. “Hanya kita berdua saja.
Dia berpikir sejenak Lalu berkata, “Aku setuju dengan rencanamu itu.” Jumat itu, seteLah kerja, aku meLuncur ke rumahnya untuk menjemput. Kuakui kumerasa sedikit geLisah. Sesampainya di sana, kuperhatikan dia juga agak saLah tingkah. Dia memakai manteL, menunggu di depan pintu. Rambutnya dikeriting dan memakai baju yang dikenakannya di uLang tahun perkawinannya yang terakhir. Dia tersenyum dengan wajah seberseri bidadari.
Aku bercerita kepada teman-temanku bahwa aku kencan dengan anakku. Mereka terkesan,” katanya sambiL memasuki mobiL. “Mereka tidak sabar menunggu cerita pertemuan kita ini.” Kami pergi ke restoran yang cukup baik dan nyaman. Ibuku menggandeng tanganku seakan-akan ia adalah istri seorang presiden. SeteLah kami duduk, kubaca menu. Mata ibuku hanya bisa meLihat tuLisan yang tercetak dengan huruf besar. SeLama makan kuperhatikan ibu seLaLu menatapku. Senyuman nostaLgia tersungging di bibirnya.
Biasanya, aku yang seLaLu membacakan menu ketika kau masih keciL,” kata ibu.
Sekarang santaiLah, biar aku yang ganti membaca untuk membaLas kebaikan ibu,” jawabku.
Sepanjang waktu makan maLam, kami terLibat daLam pembicaraan yg mengasyikkan. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, hanya tentang kejadian-kejadian terakhir daLam kehidupan kami berdua. Kami bicara banyak sampai Lupa acara nonton film. Sampai akhirnya aku mengantarnya pulang.
Aku akan keLuar Lagi bersamamu, tapi atas undanganku,” kata ibuku. “KaLau kau setuju?

Aku segera menyatakan persetujuanku. Sesampainya di rumah, istriku bertanya,
Bagaimana acara makan maLammu?
Sangat menyenangkan. Jauh Lebih menyenangkan dari yang kubayangkan,” jawabku.
Beberapa hari kemudian ibuku meninggaL dunia karena serangan jantung. Kejadian itu begitu mendadak sehingga aku tidak sempat berbuat apa-apa. Aku menerima ampLop ibuku yang berisi kwitansi tanda Lunas dari sebuah rumah makan yang rencananya akan kami kunjungi berdua. AmpLop itu juga berisi secarik surat yang berbunyi :

DaLam hidup ini tiada ada yang Lebih penting dari Tuhan dan keLuargamu. Luangkan waktu yang Layak bagi mereka karena haL itu tak dapat ditunda sampai waktu Lain…

0 komentar:

SILAHKAN ANDA BERKOMENTAR

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons